SISTEM PAKAR


SISTEM PAKAR

Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli, dan sistem pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja dari para ahli (Kusumadewi, 2003:109).
Sistem pakar pertama kali dikembangkan oleh komunitas AI pada pertengahan tahun 1960. Sistem pakar yang muncul pertama kali adalah General Purpose Problem Solver (GPS) yang dikembangkan oleh Newel & Simon (Turban, 1995).
Sistem pakar adalah suatu sistem komputer yang bisa menyamai atau meniru kemampuan seorang pakar. Pakar yang dimaksud disini adalah orang yang mempunyai keahlian khusus yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan orang awam. Contohnya dokter, mekanik, psikolog, dan lain-lain.
Judul: Sistem Pakar Rekomendasi dan Larangan Makanan Berdasarkan Jenis Penyakit dengan Metode Forward Chaining

REVIEW JURNAL SISTEM PAKAR

Jenis: Conference Paper – National Conference on Information Technology and Technical Engineering (CITEE) 2015, At University Club Hotel – Yogyakarta
Penulis: Amanda Terrena Putri, Budi Setiawan Santoso, Millati Izzatillah, Remi Senjaya
Lembaga Penulis: Universitas Gunadarma
Publikasi: https://www.researchgate.net/publication/281497304
Hasil review saya adalah sbb:

Dalam abstraksi dan pendahuluan, penulis berhasil menjelaskan secara ringkas latar belakang permasalahan dan tawaran solusi yang diajukan dalam bentuk dukungan produk teknologi berbasis sistem pakar. Permasalahan dalam hal ini adalah jenis makanan yang boleh dan tidak boleh bagi penderita penyakit tertentu. Tawaran solusi yang dianjurkan adalah sebuah aplikasi sistem pakar berbasis web yang memiliki tampilan menarik yang mengadopsi pengetahuan dari praktisi medis dan gizi klinis.

Melalui landasan teori, penulis cukup ringkas dan padat menjelaskan teori tentang sistem pakar, diantaranya: pengertian sistem pakar, kelebihan-kekurangan sistem pakar, ciri sistem pakar, komponen sistem pakar, dan metode yang ada dalam perancangan sistem pakar. Hal tersebut berkorelasi dengan judul dan abstraksi yang dikemukakan.

Pembaca juga dimudahkan dalam mengetahui strategi penelitian yang telah dilakukan, metode pengumpulan data, serta desain dan analisis sistem. Strategi yang dilakukan penulis tepat, yakni (1) memulainya dengan pengumpulan data awal untuk dianalisa kemudian, (2) merancang database dan interface, (3) melakukan aktifitas coding untuk membangun mesin inferensi yang merupakan komponen penting sistem pakar, (4) pengujian sistem dan implementasi.

Dalam membatasi permasalahan dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam penelitian, penulis melakukan hal yang tepat. Yakni membatasinya dengan 10 besar penyakit yang ada di masyarakat melalui Kementerian Kesehatan untuk kemudian digali pengetahuan melalui pakar tentang makanan yang boleh dan tidak boleh pada 10 penyakit tersebut, serta bagaimana bila terdapat kombinasi penyakit atau yang dalam hal ini disebut komplikasi penyakit.

Ada satu hal yang terlewat oleh penulis, yakni pada gambar 5: diagram flowchart aplikasi pada sub bab C: Desain dan Analisis Sistem. Meski sepele, namun cukup mengganggu. Yakni ketiadaan keterangan “Ya/Tdk” atau “Yes/No” pada proses percabangan [Satu Penyakit?]. Karena ketiadaan keterangan tersebut, pada saat membaca, saya sempat bingung, jika satu penyakit saja maka harus kemana, dan bila tidak harus kemana. Untuk lebih jelas, berikut terlampir gambar 5 tersebut:


Setelah mebaca lebih lanjut pada bab Hasil dan Pembahasan, saya dapat menyarankan revisi flowchart sbb:


Desain interface cukup menarik meski sederhana, dan hal itu sesuai dengan indeks penilaian responden terhadap aplikasi yang dipaparkan penulis dalam bab kesimpulan.

Saran yang dapat saya sampaikan terhadap penelitian penulis adalah memang benar, aplikasi sistem pakar ini bisa dikembangkan lebih jauh. Pertama yang terlintas dalam benak saya adalah menentukan penyakit dari user sendiri. Memang ada user yang sebelumnya sudah mengetahui penyakit yang dideritanya, namun bagaimana dengan user awam yang tidak memiliki pengetahuan tentang penyakit yang ia derita? Permasalahan ini bisa dijangkau dengan memberikan modul tersendiri tentang identifikasi penyakit melalui gejala tertentu, misalkan. Baru kemudian berlanjut ke anjuran/pantangan makanan/minuman yang saat ini sudah ada. Meski pada screenshoot interface Gambar 9: Tampilan Pada Satu Jenis Aplikasi, terdapat informasi singkat tentang penyakit (diabetes contohnya). Namun gejala dari penyakit tersebut belum ada pada aplikasi. Kedua, untuk memberikan kesan yang lebih menarik dan informatif, ada kalanya beberapa informasi berupa gambar makanan dibutuhkan. Karena pada screenshoot interface Gambar 12: Hasil Dari Pemilihan Penyakit Komplikasi, informasi yang ditampilkan berupa teks tanpa disertai gambar atau foto makanan tsb.
Sumber:



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebudayaan yang mudah diterima dan Sulit diterima

Tugas IBD Manusia dan Keadilan

Tugas IBD Manusia dan Keindahan Alam